Denganmengingat Muraqabatullah dan Ihsanullah, maka sudah selayaknya kita ber-Ihsanun Niyah (berniat yang baik). Karena niat yang baik akan mengarahkan kita kepada: 1. Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikhlas) 2. Itqonul 'Amal (Amal yang rapi) 3. Jaudatul Adaa' (Penyelesalan yang baik) Jika seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas, maka ia
Makateruslah berbuat kebaikan. Tentu dengan niat tulus, tanpa mengharap imbalan. Tentu dengan landasan keikhlasan, tanpa kebaikan itu disebut-sebutkan. Segera lakukan kebaikan mulai sekarang. Karena banyak orang yang menunggu kebaikan yang kamu lakukan. Pada akhirnya, semoga kita semua selalu diistiqomahkan dalam berbuat kebaikan.
OlehPaket Internet Diposting pada 28/08/2021. Mengapa kita dianjurkan untuk berkompetisi dalam kebaikan. Ada banyak alasan mengapa kita harus berusaha untuk kebaikan. Dan untuk ini kami katakan bahwa jika dilakukan dengan baik kita akan mendapatkan banyak manfaat. Keuntungan pertama kita adalah kita terhindar dari perbuatan salah dan amoralitas.
Jika kalian berbuat Baik (berarti) kalian berbuat Baik untuk dirimu sendiri,Dan jika kalian berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." (QS: Al Isra : 7). Semoga momen 1 Muharram yang baru saja berlalu, menjadi awal kebaikan itu tumbuh subur dalam sosok pribadi setiap Muslim.
Menurutpendapat yang lain, bagi orang-orang yang berbuat baik dalam ucapan dan perbuatan. Wal ladzīna kafarū (dan orang-orang yang kafir) kepada Allah Ta'ala. Wa kadz-dzabū bi āyātinā (serta mendustakan ayat-ayat Kami), yakni mendustakan Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur'an. Ulā-ika ash-hābul jahīm (mereka itu adalah para penghuni
PengertianKebaikan menurut Islam. Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan: "Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain." (HR. Muslim). "Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu.
Dandisebutkan dalam hadits tersebut, di atas kursi ada 'Arsy. Dan perbandingan antara kursi Allah dengan 'Arsy Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah seperti cincin yang dileparkan di tengah padang pasir, lebih besar daripada kursi dan Allah Subhanahu wa Ta'ala Akbar, adalah lebih besar dari itu semua.
Suttatentang Landasan untuk Berbuat Kebajikan Puñña,kiriya,vatthu Sutta (It.) Demikian telah dikatakan oleh Buddha: "Wahai para bhikkhu, ada tiga landasan untuk membuat kebajikan." "Apakah ke-3 landasan itu?" 1) Landasan untuk berbuat kebajikan melalui 'memberi' (Dāna mayaṃ), 2) Landasan untuk berbuat kebajikan melalui moralitas (Sīla mayaṃ), 3) Landasan untuk menanam kebajikan melalui pengembangan-batin (Bhāvanā mayaṃ).
Seakantak ingin didahului orang lain, Abu Thalhah segera menyambut tawaran tersebut, "Wahai Rasulullah ﷺ, telah turun wahyu kepada Anda "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai", Sedangkan harta yang paling aku cintai adalah Bairaha', maka kebun itu aku sedekahkan untuk Allah ﷻ, saya mengharap kebaikan dan pahalanya di sisi Allah Ta'ala. Maka kelolalah sesuai dengan apa yang Allah ﷻ
Pengarang(Imam An-Nawawi) membuat suatu bab yang berjudul "Anjuran Berbuat Baik dan Orang yang Menuju Kebaikan dengan Sungguh-Sungguh dan tanpa Ragu.". Judul ini mengandung dua unsur penting; 1) segera menuju kebaikan, 2) jika manusia ingin mengerjakan suatu kebaikan, hendaklah dia segera melaksanakannya dan tidak perlu ragu-ragu.
ekIXhH4. Home Tips Selasa, 11 Agustus 2020 1041 WIB Share Bersedekah Sahijab – Islam memiliki Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan nyata bagi pengikutnya. Salah satu sifat utama Rasulullah Muhammad SAW adalah senantiasa berbuat kebaikan. Sebagai umatnya, maka selayaknya kita juga melakukan kebaikan seperti yang Rasulullah ajarkan. Berbuat baik yang Rasulullah ajarkan bukan tanpa dasar. Sebab, Allah SWT juga berfirman dalam Al Quranمَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِّنْهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Barangsiapa datang dengan membawa kebaikan, maka dia akan mendapat pahala yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa datang dengan membawa kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” Al-Qashas, ayat 84 Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik dan menolak kejahatan. Termasuk menolaknya dengan cara yang lebih تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik” Al Fussilat, ayat 34 Berita Terkait Siapa pun Bisa Berbuat Baik, tapi Jauhi Haram Itu Pilihan Apakah Minyak Zaitun Efektif untuk Atasi Rambut Kering? Begini Cara Menggunakannya Waspada! Ini 5 Bahaya Kerokan Jika Tidak Hati-hati 5 Kriteria Hewan Kurban yang Perlu Diperhatikan Sebelum Idul Adha Berbuat Baik
Oleh SIGIT INDRIJONOOLEH SIGIT INDRIJONO “Dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” QS al-Qashash [28] 77. Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan perintah untuk hal yang juga dilakukan oleh-Nya, hal ini menunjukkan keutamaan berbuat baik. Kita menaati perintah-Nya tersebut dengan berbuat baik. Tidak karena yang lain, melainkan ikhlas karena Allah SWT. Bisa saja seseorang berbuat baik kepada orang lain dengan menjadikannya sebagai utang budi, konsekuensinya mengharap pengakuan dan balasan. Kita tidak perlu menghitung-hitung kebaikan kepada orang lain, akan lebih baik bisa melupakannya. Hendaknya kita terus berbuat baik kepada orang lain dan tidak merisaukan meskipun orang tersebut tidak peduli. Keinginan agar banyak orang mengetahui dan mendengar kebaikan tersebut juga harus dihindari, merupakan riya karena mengesampingkan ikhlas dalam beramal. Berbuat baik merupakan akhlak mulia yang bisa diwujudkan pada berbagai hal, seperti memberikan pertolongan, menasihati untuk kebaikan, berbagi ilmu, atau memperlakukan dengan baik, terutama untuk orang-orang terdekat, yaitu orang tua, suami, istri, anak, dan kerabat. Selanjutnya berbuat baik untuk lingkup yang lebih luas, seperti dengan tetangga, di tempat kerja, dan dengan semua orang yang kita berinteraksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari. "Dan berbuat baiklah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." QS al-Baqarah [2] 195. "Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." QS al-A'raf [7] 56. “Dan barang siapa mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan kebaikan baginya.” QS asy-Syura [42] 23. Ayat-ayat di atas menerangkan janji Allah SWT bagi orang-orang yang berbuat baik, yaitu dicintai-Nya, memperoleh rahmat-Nya dan tambahan kebaikan. Sehingga kita antusias untuk berbuat baik dengan ikhlas dan mengharap rida-Nya secara istiqamah. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa menolong saudaranya yang sedang dalam kebutuhan, maka Allah akan menolongnya dalam kebutuhannya." HR Bukhari dan Muslim. Beliau SAW juga bersabda, "Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan." HR Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadis di atas mendorong kita untuk selalu berusaha menolong orang lain dan juga untuk berbuat baik kepada orang lain tanpa meremehkan sedikit pun untuk hal-hal yang mudah dan kecil, seperti memperlihatkan wajah tersenyum. “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik surga dan tambahannya kenikmatan melihat Allah. "Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” QS Yunus [10] 26. Ayat ini menerangkan tentang balasan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik, pahala terbaik berupa surga dan tambahannya, yaitu kenikmatan melihat Allah SWT. Wallahu a'lam.
Jika kita melihat sebagian orang begitu menggebu mengejar cita-cita dunia, maka seharusnya seorang muslim jauh lebih bersemangat dalam mengerjakan kebaikan fastabiqul khairat. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda,احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ“Bersemangatlah dalam menggapai hal yang bermanfaat untukmu.” HR. Muslim no. 2664Indikasi ia bersemangat adalah tidak menunda-nunda dalam melakukan kebaikan. Allah azza wajalla berfirman,وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” QS. Al-Baqarah 148Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,والأمر بالاستباق إلى الخيرات قدر زائد على الأمر بفعل الخيرات، فإن الاستباق إليها, يتضمن فعلها, وتكميلها, وإيقاعها على أكمل الأحوال, والمبادرة إليها، ومن سبق في الدنيا إلى الخيرات, فهو السابق في الآخرة إلى الجنات, فالسابقون أعلى الخلق درجة، “Perintah berlomba dalam kebaikan berada di atas level melakukan kebaikan. Karena berlomba dalam kebaikan mencakup mengerjakan, menyempurnakan, berusaha mengerjakannya kebaikan sebaik mungkin, dan bersegera terhadap sebuah kebaikan. Barangsiapa yang ketika di dunia ia gemar berlomba dalam kebaikan, maka kelak di akhirat ia akan mendapat kesempatan menjadi golongan yang lebih dahulu ke surga dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi.” Tafsir As-Sa’diy, hal. 72Dalam ayat yang lain, Allah azza wajalla menyifati orang-orang mukmin sebagai orang yang bersegera dan berlomba dalam kebaikan,وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ 60 أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ 61“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” QS. Al-Mukminun 60-61Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullahu mengatakan,في ميدان التسارع في أفعال الخير، همهم ما يقربهم إلى الله، وإرادتهم مصروفة فيما ينجي من عذابه، فكل خير سمعوا به، أو سنحت لهم الفرصة إليه، انتهزوه وبادروه، قد نظروا إلى أولياء الله وأصفيائه، أمامهم، ويمنة، ويسرة، يسارعون في كل خير، وينافسون في الزلفى عند ربهم، فنافسوهم. ولما كان السابق لغيره المسارع قد يسبق لجده وتشميره، وقد لا يسبق لتقصيره“Dalam hal bersegera mengerjakan kebaikan, obsesi mereka adalah setiap perbuatan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. Harapan mereka hanya ingin bebas dari siksa neraka. Setiap kebaikan yang mereka dengar atau ada kesempatan melakukannya, maka mereka akan segera bertindak saat itu juga. Mereka melihat orang-orang terpilih Allah telah jauh melampaui mereka, dari sisi kanan dan kiri mereka. Maka, mereka bersegera mengerjakan kebajikan dan berusaha sedekat mungkin dengan Rabb mereka. Mereka begitu kekeuh.”Dan semangat seorang muslim dalam mengerjakan kebaikan fastabiqul khairat, tidak hanya berlaku di sebagian hal dan meninggalkan sebagian yang lain. Syekh As-Sa’diy rahimahullah mengatakan bahwa semangat tersebut harus dimiliki di setiap ibadah wajib maupun sunah,والخيرات تشمل جميع الفرائض والنوافل, من صلاة, وصيام, وزكوات وحج, عمرة, وجهاد, ونفع متعد وقاصر. ولما كان أقوى ما يحث النفوس على المسارعة إلى الخير, وينشطها, ما رتب الله عليها من الثواب“Dan kebaikan yang dimaksud mencakup ibadah wajib dan sunah. Berupa salat, puasa, zakat, haji, umrah, jihad, dan amalan jangka panjang maupun jangka pendek. Semakin kuat dorongan hati seseorang dalam bersegera dan giat dalam mengerjakan kebaikan, sebesar itu pula pahala yang Allah limpahkan kepada hamba tadi.” Tafsir As-Sa’diy, hal. 72Semangat mengerjakan kebaikan ini hendaknya tidak boleh padam di tengah jalan dengan menunda-nundanya. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda,بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا وَيُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ أَحَدُهُمْ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا“Bersegeralah mengerjakan kebaikan sebelum datangnya fitnah yang seperti gelapnya malam. Sehingga ada di antara orang-orang yang paginya beriman, sore harinya telah kufur. Atau sebaliknya, di sore hari ia beriman, kemudian kufur di esok paginya. Mereka menukar agama mereka dengan perbendaharaan dunia.” HR. Ahmad no. 8017 dan Muslim no. 118Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah mengatakan,إياك والتسويف، فإنك بيومك ولست بغدك، فإن يكن غد لك فكس في غد كما كست في اليوم، وإن لم يكن لك غد لم تندم على ما فرطت في اليوم“Jauhilah berkata “nanti, nanti”. Karena kamu adalah apa yang ada hari ini dan bukan esok hari. Jika esok kamu masih ada, berpikiranlah sebagaimana sebelumnya menjadikan esok sebagai hari ini -pent. Kalaupun seandainya esok bukan jatahmu lagi, maka tiada penyesalan atas apa yang kau tunda-tunda di hari ini.” Iqtidha Al-Ilmi Al-Amal, hal. 114Semoga Allah karuniakan taufik kepada hati kita untuk tidak menunda-nunda amalan kebaikan dan tetap bersemangat dalam fastabiqul khairat. AamiinBaca juga Mengenal Kitab Arbain Nawawi—Penulis Muhammad Nur Faqih, Artikel