Sepertidiketahui, bentuk/rupa awal wayang kulît pûrwâ versi Bali, pada dasarnya berasal dari pulau Jawa (khususnya Jawa Timur). Bentuk/rupa asli wayang pûrwâ versi Jawa atau versi Bali ini (berbentuk gambar orang/manusia dilihat dari samping depan), bisa dilihat pada gambar-gambar timbul (relief) di dinding candi Penataran (di Jawa Timur). Selaindi Jawa, pertunjukan wayang kulit juga berkembang di daerah Pulau Bali yang dipertuntukan sebagai rangkaian acara pelengkap pada upacara-upacara adat dan keagamaan. Nah, itu tadi beberapa hal menarik yang bisa Sobat Pesona ketahui tentang salah satu warisan budaya kebanggaan Indonesia, wayang kulit. WayangKulit. WAYANG salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media SeniTari Beskalan Putri ditarikan dengan gerakan yang lincah, dinamis dan feminim sebagai gambaran / pencitraan tarian seorang perempuan, dalam hal tata busana memadukan gaya busana penari Gambyong dengan penari Topeng Malangan. Hal ini ditandai dengan beberapa ciri-ciri, yaitu dari hiasan kepala, busana, bawahan, gerakan, dan musik pengiring. Hiasan Iamembangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Ia juga membangun masjid sebagai tempat peribadatan Islam pertama di tanah Jawa, yang sampai sekarang masjid tersebut menjadi Masjid Jami' Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Sunan Ampel (Raden Rahmat) MembukaTakbir Wayang Purwa Menurut cerita Jawa, awal adanya wayang yaitu pada masa raja Jayabaya di Kediri tahun 1135 Masehi. Pada saat itu raja Jayabaya ingin mengambarkan wajah para leluhurnya dengan lukisan pada daun rontal, meniru wajahpara dewa-dewa maupun manusia purba (purwa) sehinga karya raja Jayabaya itu kemudian Wayangorang disebut juga dengan istilah wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang Jawaadalah masyarakat terbesar di Indonesia. Terbagi menjadi tiga kelompok besar berdasarkan kondisi geografis dan secara administratif, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada tulisan ini akan diulas perihal produk budaya dari Jawa Tengah, khususnya wilayah Surakarta. Produk budaya tersebut adalah kain sindur, yang digunakan a Gaya pelukisan sosok wayang amat mirip dengan wayang bali dan dengan lukisan wayang beberyang berasal dari masa majapahit abad ke-14. Kesamaan justru lebih terlihat dengan relief candi jawa timur dari abaad ke-12 dan 15. b. Tokoh Tercatat dalam sejarah, nama sungging prabangkara sebagai seorang elukis yang penting. Budayawayang lahir sejak masa pemerintahan Prabu Airlangga yang merupakan Raja kerjaan Kahuripan kerajaan yang ada di Jawa Timur. Karya sastra yang akan digunakan pada jalan cerita wayang dirulis oleh pujangga Indonesia berasal dari tanah jawa sejak abad X. Salah satu naskah yang tertulis Kitab Ramayana Kakawih dengan tulisan bahasa Jawa Kuno SrYu. Wayang berasal dari Jawa ꦮꦪꦁ, translit. wayang, har. 'bayangan' adalah seni pertunjukkan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. WayangꦮꦪꦁJenisTeater boneka TradisionalSeni pendahuluSuku JawaBudaya awalIndonesiaAwal berkembangHindu-Buddha Batara Guru Siwa dalam bentuk seni wayang Jawa. Wayang Bali. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan boneka bayangan tersohor dari Indonesia, sebuah Warisan Mahakarya Dunia yang Tak Ternilai dalam Seni Bertutur bahasa Inggris Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.[1][2][3] Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 10. Pada tahun 903 M, prasasti yang disebut Prasasti Balitung Mantyasih diciptakan oleh Raja Balitung dari Dinasti Sanjaya, dari Kerajaan Medang Kuno. Mereka menyatakan Si Galigi Mawayang Buat Hyang Macarita Bimma Ya Kumara, yang artinya 'Galigi mengadakan pertunjukan wayang untuk dewa dengan mengambil kisah Bima Kumara'.[4] Tampaknya fitur-fitur tertentu dari teater boneka tradisional telah bertahan sejak saat itu. Galigi adalah seorang artis keliling yang diminta untuk tampil untuk acara kerajaan yang istimewa. Pada acara itu ia menampilkan cerita tentang pahlawan Bima dari Mahabharata. Mpu Kanwa, pujangga istana Airlangga dari Kerajaan Kahuripan, menulis pada tahun 1035 M dalam kakawin-nya Arjunawiwaha santoṣâhĕlĕtan kĕlir sira sakêng sang hyang Jagatkāraṇa, yang artinya, "Ia tabah dan hanya layar wayang yang jauh dari ' Penggerak Dunia'." Kelir adalah kata dalam bahasa Jawa untuk layar wayang, syair yang dengan fasih membandingkan kehidupan nyata dengan pertunjukan wayang di mana Jagatkāraṇa penggerak dunia yang maha kuasa sebagai dalang guru wayang tertinggi hanyalah layar tipis dari manusia. Penyebutan wayang sebagai wayang kulit ini menunjukkan bahwa pertunjukan wayang sudah dikenal di istana Airlangga dan tradisi wayang telah mapan di Jawa, mungkin lebih awal. Sebuah prasasti dari periode ini juga menyebutkan beberapa pekerjaan sebagai awayang dan aringgit.[5] Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata. Para Wali Songo di Jawa, sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang Kulit di timur, wayang wong di Jawa Tengah dan wayang golek di Jawa Barat. Adalah Raden Patah dan Sunan Kali Jaga yang berjasa besar. Carilah wayang di Jawa Barat, golek ono dalam bahasa jawi, sampai ketemu wong nya isinya yang di tengah, jangan hanya ketemu kulit nya saja di Timur di wetan wiwitan. Mencari jati diri itu di Barat atau Kulon atau kula yang ada di dalam dada hati manusia. Maksud para Wali terlalu luhur dan tinggi filosofi nya. Wayang itu tulen dari Jawa asli, pakeliran itu artinya pasangan antara bayang bayang dan barang aslinya. Seperti dua kalimah syahadat. Adapun Tuhan masyrik wal maghrib itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa jawa dulu yang artinya wetan kawitan dan kulon atau kula atau saya yang ada di dalam. Carilah tuhan yang kawitan pertama dan yang ada di dalam hati manusia. sik Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, di mana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam. Perkembangan wayang pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini. Salah satunya almarhum Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang agar bisa mengikuti perkembangan zaman dan dikenal dunia. Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan boneka Wayang di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003. Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Bapak/ Ibu, komunitas lukis SMP Santa Maria Kabanjahe akan mengadakan pameran mulai besok, 6 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni 2023, bertempat di Museum Pusaka Karo, Berastagi. Jika berkenan, boleh ikut hadir melihat karya anak-anak kita. Terima kasih."Demikian isi pesan singkat yang disampaikan oleh salah seorang guru di grup WhatsApp yang juga beranggotakan para orang tua siswa SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe pada Senin, 5 Juni 2023 yang lalu. Saya bersama istri berencana menghadiri pameran lukisan itu. Si sulung ikut berperan serta memajang 3 buah lukisannya pada acara itu, bersama puluhan karya rekan-rekan dan dua orang guru di sekolahnya. Ada perasaan senang, dan bangga tentu saja. Terkenang ketika 3 tahun yang lalu saat si sulung masuk SMP, dia berencana ikut kegiatan ekstrakurikuler agak kebingungan juga, karena melukis adalah kegiatan yang sepengetahuan kami tidak begitu ada pelakunya di kampung ini. Aku tidak pernah mengetahui ada komunitas melukis di sini, apa lagi yang sampai mengadakan pameran dua tahun belakangan ini terbentuk komunitas melukis di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe. Komunitas melukis ini sebenarnya pertama kali melaksanakan pamerannya pada 11 Februari 2023 yang lalu, bertempat di selasar gedung sekolah ini, bersamaan dengan acara pertemuan para orang tua siswa dengan guru-guru di sekolah. Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pameran lukisan karya anak-anak SMP Santa Maria Kabanjahe, 11/2/2023 Dok. Pribadi Pembukaan Pameran, Selasa 6/6/2023 1 2 3 4 5 Lihat Pendidikan Selengkapnya – Iringan musik gamelan membuka pertunjukkan. Tak lama, tirai panggung tersibak, menampilkan latar layaknya di sebuah kerajaan di khayangan. Sekelompok penari wanita mengisi panggung, mengenakan kemben dipadu jarik, bersanggul dan riasan lengkap. Jari-jari lentik mereka menari di udara dengan selendang hijau terselip di antaranya. Tarian mereka membuka kisah pewayangan yang dipertunjukkan kepada ratusan khalayak di kursi penonton. Sesaat setelah tarian mereka usai, para pelakon yang dirias layaknya tokoh-tokoh pewayangan dengan kostum gemerlap, sesekali berkilau diterpa cahaya panggung, muncul ke tengah panggung. Dialog-dialog berbahasa Jawa krama mengalir di antara para pelakon. Babak demi babak berganti, hingga akhirnya sampai pula pada penghujung cerita. Penonton bersorak dan bertepuk tangan memuji para pelakon. Baca Juga Bertahan di Tengah Pagebluk, Para Seniman Wayang Orang Berteman dengan Teknologi Situasi di atas adalah penggambaran apa yang terjadi di dalam Gedung Pertunjukkan Wayang Orang Bharata yang berlokasi di Senen, Jakarta Timur. Tidak banyak yang tahu bahwa di antara riuhnya lalu lintas di Senen, terminal yang selalu ramai, pasar dan pusat perbelanjaan, hingga gedung-gedung hotel dan perkantoran, terdapat gedung pertunjukkan tersebut. Gedung pertunjukkan tersebut didirikan oleh para seniman pelestari kesenian wayang orang yang tergabung dalam Paguyuban Wayang Orang WO Bharata pada 5 Juli 1972. Setiap Sabtu malam hingga dini hari, gedung pertunjukkan tersebut ramai dipadati oleh penggemar kesenian wayang orang atau mereka rindu kampung halaman. Tentu saja, kebanyakan dari penonton adalah kaum sepuh—mereka yang bertumbuh besar dengan mendengar cerita-cerita pewayangan. Anak muda negeri semakin jauh dari seni tradisi warisan leluhur ini, kesadaran tentang pelestarian tradisi adiluhung kekayaan negeri sejatinya harus kembali dibangkitkan kembali. Baca Juga Kompetisi Desain Pelestarian Budaya Indonesia Mengabadikan Budaya Lewat Sentuhan Digital Globalisasi dan arus digital yang masif, menjadi tantangan tersendiri bagi para seniman dalam melestarikannya. Survei Indonesia Millennial Report 2019 menemukan, setidaknya 94,4 persen milenial Indonesia berusia 20-35 tahun telah terkoneksi internet. Melalui digitalisasi pula, berbagai informasi dapat lebih mudah diakses secara lebih luas. Begitu juga dengan interaksi masyarakat dan hiburan, berbagai media sosial maupun layanan streaming online mulai bermunculan. Masifnya arus budaya barat membuat kesenian yang menjadi jati diri bangsa tergerus. Hiburan tradisional seperti pertunjukan Wayang Orang harus berjuang habis-habisan untuk mengimbangi kencangnya perkembangan zaman. Baca Juga Sutan Muhammad Amin, Salah Satu Tokoh Sumpah Pemuda yang Berjasa Kondisi ini pun sempat diungkapkan oleh seniman wayang orang sekaligus sutradara Wayang Orang Bharata Teguh “Kenthus” Ampiranto. Ia mengatakan, antusiasme anak muda dalam melestarikan kebudayaan wayang orang lebih banyak didominasi secara turun temurun. “Biasanya mengajak anak-anak bergabung itu dengan cara mengingatkan, kalau kami dan para anak bisa hidup dari melestarikan wayang orang,” kata Kenthus. Di kalangan keluarga seniman, nilai-nilai luhur dan pakem penceritaan wayang orang diturunkan sehingga generasi seniman muda tercipta. Namun, agar dapat bertahan di tengah masyarakat, beragam penyesuaian harus dilakukan. Beradaptasi untuk melampaui zaman Wayang orang adalah kesenian yang eksistensinya melampaui zaman. Dikutip dari laman Geonusantara, wayang orang atau dikenal dengan istilah wayang wong dalam bahasa Jawa, pertama kali muncul di abad ke-18, tepatnya diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731 di kota Solo. Baca Juga Sejarah Lagu Indonesia Raya, Pertama Kali Dikumandangkan Pada Kongres Pemuda II Kisah yang ditampilkan saat itu memuat tentang ajaran-ajaran hidup yang bersumber dari kisah-kisah legenda atau sejarah Jawa. Kisah yang penuh kebijaksanaan dipadu dengan drama, musik, dan seni rupa. Pertunjukkan dibesut oleh dalang yang perannya lebih seperti sutradara, gamelan, serta para pelakon atau pemain untuk memerankan gerak tari, menjadi komponen penting dalam pagelaran ini. Dok. Padepokan Wayang Orang Bharata Potret Tunas Bharata, generasi muda penerus wayang orang Bharata Para lakon juga akan didandani menggunakan kostum dan tata rias sesuai dengan tokoh wayang yang dibawakan, keduanya menjadi identitas “fisik” untuk mencirikan masing-masing karakternya. Hingga kini, pakem-pakem tersebut masih dipertahankan tetapi beberapa mengalami penyesuaian. Namun, ada hal yang berbeda dari pagelaran wayang orang di masa lalu dan di masa kini, menurut Kenthus, salah satu perubahan yang dirasakan yakni adanya perbedaan cerita dan durasi pertunjukan. Baca Juga Bincang Redaksi Racikan Bersantap Keluarga Bupati Jawa Masa Hindia Belanda Jika dahulu wayang orang bisa berlangsung selama 6-8 jam, kini wayang orang dibuat seringkas dan sesederhana mungkin, demi mempertahankan antusiasme penikmatnya. “Durasi sekarang memang dibuat lebih ringkes, artinya cerita yang dibawakan juga lebih banyak yang sekiranya dikenal oleh masyarakat, misalnya cerita Arjuna atau Ramayana,” kata Kenthus. Tetap berjuang di tengah digitalisasi dan pandemi Kehadiran teknologi seolah tak cukup jadi tantangan bagi para pelakon wayang orang, munculnya pandemi membuat pergerakan wayang orang terpaksa meredup, di tengah perjuangan mereka yang ingin terus memperkenalkan wayang orang kepada para generasi muda. “Adanya pandemi, membuat kami jadi terpaksa tertunda berkarya, dahulu, minimal seminggu sekali di malam minggu, kami mengadakan pentas Wayang Orang,” kata Kenthus. Baca Juga Kolaborasi Usaha Rintisan Mampu Tangani Sampah Plastik Pascakonsumsi? Meski begitu, Kenthus menyebut, perjuangan melestarikan wayang orang tetap harus dilakukan. Bermodal belajar teknologi dari para generasi wayang orang muda, Kenthus dan rekan mencoba menjajal peruntungan lewat pagelaran online. “Adanya pandemi, akhirnya membuat pagelaran jadi tutup. Tapi saya dan yang lain tetap optimis untuk melestarikan budaya ini. Apalagi sekarang ada online, ini jadi peluang besar bagi kami,” ujar Kenthus. Perjuangan padepokan Wayang Orang Baratha saat melakukan streaming tak jarang mengalami banyak kendala, salah satunya yaitu menyamakan timing lagu dan gerakan para pelakonnya. Belum lagi dengan kendala lag akibat koneksi, menjadi kisah perjuangan tersendiri. “Yang saya inget itu, waktu mau streaming ternyata jaringannya engga connect, belum lagi nyamain timing dengan yang lain, terasa banget susahnya,” lanjut Kenthus. Baca Juga Manusia Berisiko Tularkan COVID-19 ke Hewan, Perlu Jaga Jarak Beruntung, di tengah kesulitan pelestarian wayang orang, Kenthus mendapat tawaran kerjasama dengan National Geographic Indonesia dan PT Pertamina Persero, untuk mengadakan pagelaran wayang orang bertajuk “Sirnaning Pageblug” – atau bermakna “Hilangnya Pandemi” pada 27 Juni 2020 silam. “Bersyukur kemarin didatengin sama National Geographic Indonesia, kami akhirnya bisa pagelaran lagi dengan sukses, kami semakin antusias untuk terus mengenalkan dan mengajak anak-anak untuk bergabung, apalagi saya sudah cukup tua, waktunya generasi muda yang melanjutkan,” kata Kenthus melalui wawancara telepon dengan redaksi National Geographic Indonesia, Kamis 29/10/2020. Sukses dengan pagelaran seni pertama, serta berhasil mengantongi rekor MURI dalam pagelaran Wayang Orang pertama secara online. Membuat paguyuban Wayang Orang Bharata tergerak untuk mengadakan kembali pagelaran wayang orang ini, salah satunya melalui pagelaran bertajuk Hanoman Duta, yang akan diselenggarakan pada Minggu, 08/11/2020 mendatang. “Pemilihan cerita ini dari kisah Ramayana, tapi bukan yang tua yang main, anak-anak generasi 5 dan 6 yang akan meramaikan. Kalau saya cuma membuat jalan cerita dan mengawasi dari jauh. Biar mereka bisa berkembang sendiri,” tutup Kenthus. Baca Juga Bincang Redaksi 280 Tahun Geger Pacinan, Singkap Arsip VOC dan Persekutuan Cina-Jawa 1740-1743 Tak hanya berfokus pada pelestarian wayang orang, kolaborasi National Geographic Indonesia dan PT Pertamina Persero pun turut mendukung pelestarian Tari Bengkala Bali melalui sanggar Tari Kolok serta Tari Topeng sanggar Mimi Rasinah. Ke depan, berbagai pagelaran serupa juga dapat dinikmati secara online. Untuk tetap menjaga kelestarian budaya wayang orang di tengah modernisasi, Anda bisa ikut berpartisipasi dengan cara menonton langsung pagelaran seni ini melalui laman pendaftaran Hanoman Duta. Mari bergabung dan BerbagiCerita bersama National Geographic Indonesia untuk melestarikan budaya asli Indonesia. Video Pilihan Ikuti perkembangan berita ini dalam topik PERTAMINA