Guys yang aku mau tekankan disini adalah "ketika satu pintu tertutup, yakin kalau pintu yang lain pasti terbuka. dan in syaa Allah itu yang emang terbaik". Jangan gampang nyerah kalau misal gagal di satu hal. Lelah itu normal, istirahatlah sejenak. Tapi jangan sampai ketiduran, berdiri lagi. Kalau nggak kuat lari, jalan pelan-pelan.
Pilihandi tangan kita. Redha Allah atau redha manusia. Buat pilihan yang seimbang agakdiri anda tdk berasa kesulitan. Namun masalah yang ada perlu difikirkan serta diushakan penyelesaianya. Flatform PASTI jd hala tuju buat saya membantu jalan dakwah. Namun harap masalah utama ini dapat Allah bantu selesaikan.
Akupercaya, takdir Allah pasti yang terbaik untukku dan untukmu juga Bahagia itu ketika dapat bersamamu, saling mencintai tanpa mempermasalahkan antara kekurangan dan kelebihan yang kita miliki Masa lalu memang bisa sangat menyakitkan, pilihan yang kita punya untuk menyikapinya adalah lari, atau belajar dari hal tersebut
Yakin Rencana Allah Pasti yang Terbaik Oleh : Dr. Didi Junaedi, M.A.(Dosen Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon) "Sebaik apa pun rencana manusia, rencana Allah pasti yang terbaik." (Didi Junaedi) Penulis yakin bahwa kita semua tentu pernah merasakan kekecewaan. Rencana yang gagal, masalah yang datang bertubi-tubi, musibah yang menimpa, hingga kenyataan yang
NasehatIslami. Setiap kamu merasa disakiti dan di khianati, berfikirlah bahwa Tuhan itu Maha Adil. Barang siapa yang tidak bahagia didalam rumahnya sendiri, maka ia tidak akan bahagia di tempat lain. Bersyukur adalah salah satu cara untuk berterima kasih dan memuji Sang Maha Kuasa.
Adaseorang teman saya, laki-laki, dia berkata, "Pilihan pertama saya Teknik Industri ITB, pilihan kedua adalah Farmasi ITB. Saya keterima di pilihan kedua, tapi bagi saya, itu bukan "buangan". Itu adalah tempat terbaik yang Allah kasih buat saya saat ini." Jleb! Merasa ditampol dong, saat mendengar kalimat teman saya itu. Saya tahu
BAGIANTERBAIK BAGI SETIAP ORANG YANG DIPILIH TUHAN RHEMA HARI INI1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: Seorang mahasiswa cerdas mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan
PilihanAllah itu pasti yang terbaik. Kita bisa saja menyangka apa yang kita dapatkan itu tidak baik, tapi belum tentu demikian bagi Allah. Kita tak pernah tahu rahasia Allah seperti apa bagi perjalanan hidup kita. Namun yang pasti, kita harus tetap bersyukur atas apa yang telah digariskan oleh-Nya.
Makaikhtiarlah kepada Allah terlebih dahulu sebelum kamu memutuskan sesuatu, karena saat kamu meminta Allah untuk memilihkanmu maka pasti Allah akan takdirkan yang terbaik kepadamu. Dan yang jelas kamu akan lebih bijak menerimanya sekalipun nanti yang menjadi takdir-Nya adalah yang tidak kamu sukai.
Ujianitu pasti ada kemuslihatan yang tersembunyi untuk setiap kita. Pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik, cuma kita tidak atau belum mengetahuinya. Bila berlaku nanti, barulah kita tersedar, ya Allah mujur Kau takdirkan begitu. Jika mendengar perkataan ini pasti yang terlintas dibenak fikiran kita dan semua orang adalah tentang
vno9yZ. Imam adz-Dzahabi[1] dan Ibnu Katsir[2] menukil dalam biografi shahabat yang mulia dan cucu kesayangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, bahwa pernah disampaikan kepada beliau tentang ucapan shahabat Abu Dzar, “Kemiskinan lebih aku sukai daripada kekayaan dan kondisi sakit lebih aku sukai daripada kondisi sehat”. Maka al-Hasan bin Ali berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Dzar, adapun yang aku katakan adalah “Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu selain keadaan yang Allah Ta’ala pilihkan untuknya. Inilah batasan sikap selalu ridha menerima semua ketentuan takdir dalam semua keadaan yang Allah Ta’ala berlakukan bagi hamba-Nya”.Atsar riwayat shahabat di atas menggambarkan tingginya pemahaman Islam para shahabat radhiyallahu anhum dan keutamaan mereka dalam semua segi kebaikan dalam agama[3].Dalam atsar ini shahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa kondisi susah miskin dan sakit lebih baik bagi seorang hamba daripada kondisi senang kaya dan sehat, karena biasanya seorang hamba lebih mudah bersabar menghadapi kesusahan daripada bersabar untk tidak melanggar perintah Allah Ta’ala dalam keadaan senang dan lapang, sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan akan merusak agama kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian adalah jika perhiasan dunia dibentangkan dijadikan berlimpah bagi kalian sebagaimana perhiasan dunia dibentangkan bagi umat terdahulu sebelum kalian, maka kalian pun berambisi dan berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka berambisi dan berlomba-lomba mengejarnya, sehingga akibatnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka”[4].Akan tetapi, dalam atsar ini, cucu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhu mengomentari ucapan Abu Dzar di atas dengan pemahaman agama yang lebih tinggi dan merupakan konsekwensi suatu kedudukan yang sangat agung dalam Islam, yaitu ridha kepada Allah Ta’ala sebagai Rabb Pencipta, Pengatur, Pelindung dan Penguasa bagi alam semesta, yang berarti ridha kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan takdir dan pilihan-Nya, serta kepada apa yang diberikan dan yang tidak diberikan-Nya[5].Sikap ini merupakan ciri utama orang yang akan meraih kemanisan dan kesempurnaan iman, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah I sebagai Rabb-nya dan islam sebagai agamanya serta Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai rasulnya”[6].Beberapa pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah di atasBersandar dan bersarah diri kepada Allah Ta’ala adalah sebaik-baik usaha untuk mendapatkan kebaikan dan kecukupan dari-Nya[7]. Allah berfirman {وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya” QS ath-Thalaaq 3.Ridha dengan segala ketentuan dan pilihan Allah Ta’ala bagi hamba-Nya adalah termasuk bersangka baik kepada-Nya dan ini merupakan sebab utama Allah Ta’ala akan selalu melimpahkan kebaikan dan keutmaan bagi hamba-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Aku akan memperlakukan hamba-Ku sesuai dengan persangkaannya kepadaku”[8]. Makna hadits ini Allah akan memperlakukan seorang hamba sesuai dengan persangkaan hamba tersebut kepada-Nya, dan Dia akan berbuat pada hamba-Nya sesuai dengan harapan baik atau buruk dari hamba tersebut, maka hendaknya hamba tersebut selalu menjadikan baik persangkaan dan harapannya kepada Allah Ta’ala[9].Takdir yang Allah Ta’ala tetapkan bagi hamba-Nya, baik berupa kemiskinan atau kekayaan, sehat atau sakit, kegagalan dalam usaha atau keberhasilan dan lain sebagainya, wajib diyakini bahwa itu semua adalah yang terbaik bagi hamba tersebut, karena Allah Ta’ala maha mengetahui bahwa di antara hamba-Nya ada yang akan semakin baik agamanya jika dia diberikan kemiskinan, sementara yang lain semakin baik dengan kekayaan, dan demikian seterusnya[10].Imam Ibnu Muflih al-Maqdisi berkata,”Dunia harta tidaklah dilarang dicela pada zatnya, tapi karena dikhawatirkan harta itu menghalangi manusia untuk mencapai ridha Allah Ta’ala, sebagaimana kemiskinan tidaklah dituntut dipuji pada zatnya, tapi karena kemiskinan itu umumnya tidak menghalangi dan menyibukkan manusia dari beribadah kepada Allah. Berapa banyak orang kaya yang kekayaannya tidak menyibukkannya dari beribadah kepada Allah Ta’ala, seperti Nabi Sulaiman alaihis salam, demikian pula sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam Utsman bin Affan dan Abdur Rahman bin Auf . Dan berapa banyak orang miskin yang kemiskinannya justru melalaikannya dari beribadah kepada Allah dan memalingkannya dari kecintaan serta kedekatan kepada-Nya…”[11].Orang yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah orang yang mampu memanfaatkan keadaan yang Allah Ta’ala pilihkan baginya untuk meraih takwa dan kedekatan di sisi-Nya, maka jika diberi kekayaan dia bersyukur dan jika diberi kemiskinan dia bersabar. Allah Ta’ala berfirman, {إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ } “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” QS al-Hujuraat 13. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena semua keadaannya membawa kebaikan untuk dirinya, dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”[12].وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمينKota Kendari, 7 Jumadal ula 1432 HPenulis Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MAArtikel Dalam kitab “Siyaru a’laamin nubalaa’” 3/262.[2] Dalam kitab “al-Bidaayah wan nihaayah” 8/39.[3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “al-Fawa-id” hal. 141.[4] HSR al-Bukhari no. 2988 dan Muslim no. 2961.[5] Lihat kitab “Fiqul asma-il husna” hal. 81.[6] HSR Muslim no. 34.[7] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “badaa-i’ul fawa-id” 2/766.[8] HSR al-Bukhari no. 7066- cet. Daru Ibni Katsir dan Muslim no. 2675.[9] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” 2/312 dan “Tuhfatul ahwadzi” 7/53.[10] Lihat keterangan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab “’Uddatush shaabiriin” hal. 149-150.[11] Kitab “al-Aadaabusy syar’iyyah” 3/469.[12] HSR Muslim no. 2999.
Al Khair Khairutullaah, Pilihan Allah adalah yang terbaik. Tak ada kesia-siaan dalam Allah menciptakan sesuatu untuk hamba-Nya, Terkadang seseorang tertimpa takdir yang menyakitkan yang tidak disukai oleh dirinya, kemudian dia tidak bersabar, merasa sedih dan mengira bahwa takdir tersebut adalah sebuah pukulan yang akan memusnahkan setiap harapan hidup dan cita-citanya. Akan tetapi, sering kali kita melihat dibalik keterputus-asaannya ternyata Allah memberikan kebaikan kepadanya dari arah yang tidak pernah ia berapa banyak pula kita melihat seseorang yang berusaha dalam sesuatu yang kelihatannya baik, berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, tetapi yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang dia inginkan.“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”QS. Al Baqarah 216Mungkin cerita ini bisa jadi pembelajaran berharga bagi kita walaupun kebenaran cerita ini belum diketahui shahihnya namun kita bisa memetik pelajaran berharga dari cerita ini bahwa pilihan Allah adalah yang masa, ada seorang raja yang sangat menyayangi rakyatnya, setiap rakyatnya mendapat musibah dia selalu mengatakan Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik, sehingga menjadi lapanglah hati rakyatnya mendengar hal hari sang raja mendapat musibah jari tangannya putus, lalu ia mengadu kepada salah seorang menteri kesayangannya, dan menteri tersebut mengatakan kepada raja hal yang biasa ia katakan pada rakyatnya, Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang hal ini sang raja murka dan memenjarakan perdana menteri hari raja bersama pasukannya pergi berburu dan mereka tersesat jauh di dalam hutan dan tertangkap sekelompok penyembah roh. Satu persatu pasukan raja di sembelih untuk di persembahkan ke dewa penyembah roh tadi hingga tiba giliran araja mereka melihat jari raja yang terputus sehingga mereka tidak jadi menyembelih raja karena dianggap cacat. akhirnya raja selamat dan kembali ke segera membebaskan menteri yang ia penjarakan tadi dan berkata benar apa yang engkau bilang wahai menteri Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang terbaik, lalu ia menceritakan apa yang terjadi pada menteri sang raja bertanya pada menteri lalu apakah penjara bagimu adalah yang terbaik pilihan Allah? sang menteri menjawab benar wahai raja, Al Khair Khairutullah, pilihan Allah adalah yang raja bertanya apa terus apakah hikmahnya bagimu wahai menteri?Menteri menjawab seandainya saya tidak masuk penjara tentunya saya akan ikut bersama raja berburu dan tentunya saya sudah disembelih bersama pasukan lainnya. namun Allah menyelematkan saya dengan memasukkan saya ke teman, apa yang tampak pahit di mata manusia, ternyata penuh kebaikan di hadapan Allah dan ternyata berakhir kebahagiaan tiada terkira menjadi anugerah yang begitu berharga. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahuiBanyak sekali kisah yang sudah pasti shahih dalam Al-Qur’an yang menceritakan perihal jalan keburukan namun sebenarnya itu hanyalah sebuah rentetan scenario taksir dari Allah lihatlah kisah Ibu Nabi Musa AS ketika ia harus melemparkan anaknya ke sungai… bukankah kita mendapatkan bahwa tidak ada yang lebih dibenci oleh Ibu Musa daripada jatuhnya anaknya di tangan keluarga Fir’aun? namun meskipun demikian tampaklah akibatnya yang terpuji dan pengaruhnya yang baik di hari-hari berikutnya, dan inilah yang diungkapkan oleh ayat. Bagaimana seorang raja yang dzalim akan dihancurkan anak yang dibesarkan pula kisah Nabi Yusuf AS ketika beliau harus berpisah dengan ayah beliau Nabi Ya’qub AS, ketika beliau harus dimasukkan ke dalam sumur dan diambil oleh kafilah dagang… kemudian nasibnya dijual dan dirampas kebebasan menjadi seorang budak. Dan pada akhirnya setelah melalui berbagai cobaan. Beliau menjadi seorang perdana menteri yang arif dan masyhur.
Oleh AHMAD AGUS FITRIAWANOLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN Alkisah, seorang raja dan seorang menteri. Menterinya ini senantiasa berkata “Yang terbaik adalah pilihan Allah SWT.” Setiap ada orang yang terkena musibah, akan dinasihati oleh sang menteri dengan mengatakan, yang terbaik adalah pilihan Allah SWT. Suatu saat sang raja yang terkena musibah. Jari raja ini terputus karena suatu hal. Sang menteri datang dengan tetap mengatakan, wahai raja yang terbaik adalah pilihan Allah. Jarimu putus itu adalah yang terbaik. Mendengar ucapan menterinya ini, raja pun tersinggung dan marah. Dia mengatakan, “Jari saya putus yang terbaik? Penjarakan dia!” Akhirnya, sang menteri dipenjara. Tatkala di penjara, dengan mudah menteri ini mengatakan, yang terbaik adalah pilihan Allah SWT. Ternyata benar, suatu saat sang raja pergi bersama bawahannya untuk berburu atau suatu keperluan. Mereka terjebak, pergi ke tempat yang jauh, lalu mereka ditangkap oleh segerombolan orang penyembah dewa tertentu. Mereka ditangkap dan disembelih satu per satu sebagai tumbal untuk dewa-dewa mereka. Tatkala tiba giliran sang raja, mereka dapati jari raja ini putus. Mereka anggap raja ini orang yang cacat yang tidak pantas dikorbankan untuk sesembahan mereka. Akhirnya raja pun dibebaskan. Saat itulah sang raja sadar akan kebenaran perkataan menterinya. Jarinya yang putus ini adalah suatu kebahagiaan, merupakan anugerah sehingga dia tidak jadi dibunuh oleh orang-orang tersebut. Ia pulang dengan begitu semangat, lalu membebaskan sang menteri. Raja mengatakan, “Benar perkataanmu, yang terbaik adalah pilihan Allah SWT. Saya bisa selamat dari cengkeraman mereka.” “Namun, saya ingin bertanya, mengapa waktu engkau dipenjara, kau katakan yang terbaik adalah pilihan Allah SWT? Apa kebaikan yang kau alami di penjara?” tanya sang raja. Menteri menjawab, “Seandainya saya tidak dipenjara, saya akan pergi turut serta berburu bersamamu. Saya akan ditangkap dan disembelih oleh mereka. Oleh karena itu, saya dipenjara adalah yang terbaik.” Kisah di atas memberikan pelajaran berharga. Pertama, percayalah takdir Allah SWT pasti yang terbaik untuk kita, sekalipun terlihat berat, sulit, pahit, dan tidak menyenangkan. Sungguh Allah SWT lebih mengetahui kemaslahatan yang terbaik bagi seorang hamba daripada hamba itu sendiri QS 4 19. Kedua, janganlah selalu merasa ketika Allah memberikan kita takdir yang sulit untuk dilakukan lantas langsung berprasangka buruk kepada Allah. Yakinlah bahwa Allah SWT tidak membebankan segala sesuatu kepada hambanya melainkan karena kesanggupannya 286. Ketiga, selipkanlah rasa syukur dan tumbuhkanlah kesabaran atas setiap takdir yang menimpa diri. Keempat, belajarlah tawakal dan berserah kepada Allah, meyakini bahwa rencana dan takdir Allah yang terbaik dan indah. Kita boleh bercita-cita dan berencana, tapi yakinlah jika kita sudah berusaha dan berdoa maka keputusan Allah SWT adalah yang terbaik, meskipun terkadang menurut kasat mata adalah buruk bagi kita QS 40 60 dan QS 3 159. Semoga kita menjadi seseorang yang senantiasa berprasangka baik terhadap Allah dan meyakini bahwa takdir-Nya adalah pilihan yang terbaik untuk kita setelah kita berdoa dan berusaha. Wallahu a’lam.